YAY!!!
*kok malah senang? Ada apa sih dibalik ini semua?*
Pertengahan tahun 2014 kami memutuskan untuk mendaftarkan anak kami pada ujian paket tahun 2015. Semua persyaratan telah kami kirimkan sejak Oktober (atau November ya... lupa!) 2014. Oiya, kami mendaftar di sebuah PKBM di Jawa Tengah, kenapa sejauh itu? Karena menurut info yang kami dapat, anak kami yang usianya belum memenuhi syarat ini (selisih setahun lebih awal), bisa menempuh UNPK di sana. Sementara itu di PKBM lain tidak bisa menerima anak yang usianya belum memenuhi syarat UNPK. Selain itu biaya yang dikenakan juga sangat murah, sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Anyway, sejak itu pola belajar anak kami adalah belajar untuk mempersiapkan ujian. Jatuh-bangun aku mengejarmu, duhai ujian! Belajar tak lagi menyenangkan karena banyak hal yang tak sesuai dengan minat terpaksa dilakukan. Belum lagi mata pelajaran yang hanya menghafal, tak bisa dicerna secara logis, dan abstrak bagi anak. Pelajaran yang abstrak, tak bisa dihadapi secara konkrit akan susah dicerna, apalagi jika hanya mengandalkan hafalan. Anak stress, ibu juga! Ibu stress... bapaknya juga jadi sengsara... hahaha... ini bahasa yang hiperbolik loh!
Akhir 2014, saya putuskan (tentunya dengan seijin bapaknya) untuk tidak lagi menerapkan belajar demi ujian. Kami balik ke belajar yang untuk memuaskan keingintahuan. Sejak itu kami belajar dengan asyik lagi. Eeeeeeeh ternyataaaaaa..... beberapa hari lalu saya menerima kabar bahwa PKBM tempat saya mendaftar itu tidak lagi bisa menerima peserta ujian yang belum mencapai usianya! Puji Tuhan!
Eh kok "puji Tuhan" sih? Lha iya... itu artinya kami masih bisa menyisipkan "belajar untuk ujian" ini dengan santai, dengan cara yang tidak terburu-buru. Kan masih tahun 2016 ujiannya.
Secara iseng saya juga menanyakan pada teman saya di PKBM itu: apakah test IQ diterima jika ingin tetap mengikuti UNPK? Ternyata tetap tidak bisa digunakan. Yang saya dengar beberapa waktu lalu, anak yang ingin percepatan dalam mengikuti UNPK bisa menyertakan hasil test IQ yang diatas 130 sebagai persyaratannya. Tapi kali ini tidak bisa. Begitu juga yang saya tahu berlaku di PKBM dekat rumah saya, tidak bisa menggunakan syarat test IQ.
Dalam hati saya sebetulnya berteriak girang mengingat kebelumsiapan kami 100%.
Ok untuk saat ini kami akan tetap lanjut dengan aktivitas belajar untuk memenuhi keingintahuan, daaaaan... kurikulum traveling! Hahahaaa.... kami hobi traveling kemana saja. Ini sangat menyenangkan dan bisa banyak yang dipelajari oleh anak saya. Yuk ah.. kita jalan-jalan lagi!