Copyright © The Root of Learning
Design by Dzignine

The Root of Learning

Adalah blog tentang semangat belajar seorang anak. Dalam blog ini kami dokumentasikan petualangan belajar, kurikulum, dan materi belajar yang kami gunakan. Belajar tak mengenal batasan.
Monday, December 1, 2014

Structured, Semi Structured, or Unstructured

Homeschool yang kami jalani termasuk yang semi-structured. Kami memakai kurikulum, memakai materi yang terjadwal lebih dahulu di awal tahun ajaran, tapi kami tidak menjadwalkannya. Pemberiannya ditawarkan pada anak, apakah dia mau belajar materi tersebut? Cara pemberiannya pun dipikirkan belakangan, ketika materi itu akan diberikan, dengan melihat kondisi suasana hati anak dan suasana lingkungan pada waktu materi akan diberikan. Cara ini sangat luwes namun masih bisa memastikan bahwa suatu materi pelajaran yang penting tidak missed untuk diberikan.

Ada juga keluarga yang structured, mereka menjadwalkan materi per materi dalam hari per hari, bahkan dalam jam. Cara ini baik, karena yakin suatu materi akan diberikan dengan lengkap dan target pasti terkejar. Untuk yang menginginkan akselerasi, cara ini sangat baik karena target kurikulum bisa dicapai, bahkan untuk keluarga homeschool, akan bisa terlampaui. Namun saya akui tidak bisa menerapkan ini pada anak saya. Pertama, karena kami ingin menikmati belajar sebagai suatu proses yang terintegrasi antara materi pelajaran dengan kondisi lingkungan dan diri anak serta keluarga. Kedua, saya adalah ibu bekerja (walaupun dari rumah) dengan seabrek target kerja, keharusan terstruktur ini kadang menyulitkan ketika jadwal atau kondisi bertabrakan dengan tuntutan pekerjaan.

Selain itu ada juga yang menjalaninya secara unstructured, tidak terstruktur sama sekali. Mereka belajar sesuai apa yang mereka inginkan pada waktu itu. Tidak ada patokan materi, jadwal, bahkan kurikulum. Cara ini juga ada baiknya, karena bisa memfasilitasi keinginan belajar yang murni hanya dari anak. Bagi kami cara ini kurang tepat, karena kami masih berpikir untuk mengikuti ujian, sehingga tidak ingin ada materi yang terlewat.

Apapun cara belajar yang dipilih, pikirkanlah kondisi pribadi untuk mempertimbangkannya. Tidak hanya trend. Pendidikan bukan tentang trend. Ini tentang kemauan keluarga untuk memberi yang terbaik bagi edukasi anak.

Pada postingan ini saya memberikan suatu pencatatan jadwal materi pelajaran yang bisa digunakan oleh ketiga type di atas. Jika structured, gunakan semua lembar secara detail, jika semi-structured gunakan secara luwes, dan bisa dipindah-pindah jadwalnya. Jika unstructured cukup gunakan lembar jurnal.

Subscribe dulu ya... setelah itu akan diarahkan ke download linknya. Jika sudah pernah subscribe silakan subscribe lagi, no problem!


Saturday, November 22, 2014

Belajar Untuk Ujian? Lupakan Dulu Deh!

Selama beberapa bulan ini, sejak kami memutuskan untuk mendaftarkan anak kami pada ujian paket A, kami memutuskan untuk belajar demi berhasil mengerjakan soal ujian. Wuih ternyata... memang sangat berbeda rasanya jika dibandingkan dengan belajar dengan tujuan yang sebenarnya, yaitu untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui pengalaman, pemikiran, atau pengajaran. Belajar untuk berhasil lulus ujian itu berat, tidak menyenangkan, dan rasanya ingin cepat-cepat berlalu saja.



Selama berbulan-bulan itu anak tidak lagi merasakan betapa menyenangkannya belajar. Jangankan anak, saya pun merasakan belajar tidak lagi menyenangkan, tapi menjemukan, kadang malah terasa sangat berat, ketika anak tidak enjoy dengan menghafalnya. Juga seringkali terasa terburu-buru harus menyelesaikan target orang lain. Belajar tak lagi bisa dinikmati.

Lalu beberapa hari lalu, saya bertekad bulat dan nekad, bahwa saya tidak lagi menganjurkan anak untuk belajar demi ujian. Saya akan ikuti belajar demi ujian jika anak yang menginginkannya. Kami akan tetap belajar untuk menjawab keingintahuan, bukan untuk kelulusan ujian. Ijazah kelulusan itu biarlah jadi "bonus" saja bagi proses belajar kami. Biarlah belajar itu tetap jadi satu cara pembentukan karakter serta hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orangtua. Supaya belajar tetap indah dirasakan.

Lalu, kami pun kembali belajar tentang.... arthropleura! Apa itu? Itu termasuk salah satu jenis dinosaurus. Kami mempelajari cara hidupnya yang sangat menarik, terutama bahwa dia tidak memiliki pemangsa! Itu karena kulitnya yang tebal dan ukuran tubuhnya yang besar.

Selain itu kami juga mempersiapkan diri untuk Natal, belajar ayat-ayat yang berisi kisah kelahiran Yesus, dan menjawab pertanyaan imajinasi, tentang perasaan anak jika dia menjadi gembala, orang majus, juga menjadi Maria bunda Yesus, dan menjadi Yosef ayah duniawi bagi Yesus. Jawaban anak saya sungguh luar biasa. Dia paham makna Natal yang sebenarnya!

Belajar untuk ujian? Lupakan dulu deh! Inilah asyiknya pendidikan berbasis keluarga (homeschooling/home education).
Sunday, November 9, 2014

Ebook review: 25 Christmas Science Projects for Kids

Ebook ini berisi 25 eksperimen yang menyenangkan untuk anak usia TK sampai SD. Walaupun judulnya bertema Natal, namun ebook ini bisa digunakan untuk yang non kristiani.

25 eksperimen yang ada dalam ebook ini sangat menarik untuk dilakukan oleh anak, dengan bahan yang tidak sulit didapat di sekitar kita. Hari ini, 9 November 2014, Carla Jansen, penulisnya memberikan ebook ini untuk di-download gratis, namun setelah itu, jika ingin mendapatkannya bisa melalui link ini.

Anak saya yang sudah usia 10 tahun, masih suka bermain-main dengan eksperimen di buku ini. Dia hanya bermain, mencoba sendiri, karena beberapa eksperimen telah dipelajarinya. Namun untuk anak yang lebih mudah, bereksperimen seperti yang ada dalam buku ini akan sangat menimbulkan ketertarikan dan pembelajaran. Beberapa eksperimen harus dengan pendampingan orangtua, namun ada juga yang bisa dilakukan sendiri oleh anak, tergantung kemampuan anak. Jangan ragu untuk mendapatkan ebook ini.
Saturday, November 8, 2014

Lebih Pandai Menghargai Kebaikan

"Dekat dengan kebaikan
akan mempermudah kita
untuk bersyukur,
dan merasa bahagia."

Manusia, pada dasarnya memiliki kecenderungan mudah mengingat tindakan buruk yang ditimpakan padanya, daripada tindakan baik yang diberikan seseorang padanya. Seorang anak akan lebih mudah mengingat amarah orangtua daripada belaian, jika kedua hal itu diberikan dalam kuantitas yang sama. Dibutuhkan kuantitas belaian yang jauh lebih banyak daripada amarah jika orangtua ingin meninggalkan kesan baik pada pikiran anaknya. Selain itu, dibutuhkan juga penegasan secara lisan tentang kasih sayang orangtua pada anaknya, supaya anak paham dan mudah mengingat belaian itu sebagai wujud kasih sayang, daripada amarah.

Meninggalkan kesan baik itu memang butuh kerja keras jika dibandingkan dengan meninggalkan kesan buruk. Itu karena kecenderungan manusia untuk lebih mengingat yang buruk daripada kebaikan. Itu memang kecenderungan ya, tapi sebagai manusia, kita diharapkan untuk lebih pandai menyadari kebaikan daripada keburukan, karena dekat dengan kebaikan akan mempermudah kita untuk bersyukur, dan merasa bahagia.

Bagaimana jika anak kita demikian?
Cara yang tepat, tentu saja:

1. Mendoakan anak supaya diberi kebijakan dan kepandaian bersyukur.
Ini memang yang utama harus dilakukan. Salah satu tugas orangtua adalah mendekatkan anak pada Penciptanya.



2. Meneladankan tindakan mudah bersyukur daripada bersungut-sungut.
Coba introspeksi, apakah kedua orangtua memang sudah pandai bersyukur? Atau justru masih bersungut-sungut? Anak banyak meniru tindakan orangtua loh... Berubahlah mulai sekarang, kurangi melakukan kritik yang tidak membangun, kurangi menggerutu. Perbanyak ucapan syukur, dan lakukan itu di depan anak supaya anak bisa menyontoh anda.

3. Memberi contoh betapa dia sangat beruntung dibandingkan orang lain.
Mengunjungi panti asuhan, penampungan anak jalanan, atau melihat tayangan kemiskinan bisa dijadikan pembanding antara anak dan orang lain yang kurang baik nasibnya. Narasikan apa yang dia lihat, bandingkan perbedaan yang ada, dengan demikian anak akan lebih mudah memahami. Tanpa dinarasikan anak akan sulit memahaminya.

4. Membiasakan anak mengingat dan menyebutkan kebaikan yang telah diterimanya
Setiap malam, setelah doa malam bersama, kami membiasakan diri dengan menyebutkan kebaikan yang telah kami masing-masing terima. Saya menyebutkan kebaikan yang saya terima dari suami, dan kebaikan yang saya terima dari anak. Anak menyebutkan kebaikan yang telah dia terima dari saya dan papinya. Suami saya juga begitu, menyebutkan kebaikan yang telah dia terima dari saya dan dari anak. Dengan ini kami berharap anak akan lebih peka terhadap kebaikan yang dia terima.

Jika anda punya cara lain, silakan share di kotak komentar, untuk saling memperkaya.
Friday, October 24, 2014

15 Alasan Memilih Homeschool


  1. Potensi tiap anak beda, yang mengetahui dengan pasti adalah orangtua. Tiap orangtua memiliki instink mengetahui bakat, kelemahan, potensi, keinginan anak lebih daripada orang lain. Walaupun tak semua orangtua mau memanfaatkan instink ini untuk mendidik anaknya dengan lebih baik. Dengan begini, maka instink orangtua ini telah menjadi dasar bagi suatu proses pendidikan anak yang lebih baik daripada jika diserahkan pada pihak lain yang akan menyeragamkan pemberian pola pendidikan bagi semua anak.
  2. Orangtua yang peduli dengan anak melihat adanya kesenjangan antara kebutuhan anaknya dengan kondisi sekolahan. Sekolah tentu saja tidak memperlakukan tiap anak dengan cara yang berbeda, karena akan kesulitan dengan jumlah anak yang sangat banyak sementara tenaga guru hanya sedikit. Sehingga, orangtua yang jeli dan peduli tidak menutup mata dengan kesenjangan ini. Itulah sebabnya, dengan adanya kesenjangan ini, ditambah dengan tanda-tanda kesulitan adaptasi anak terhadap kesenjangan tersebut, homeschool adalah jawabannya.
  3. Orangtua bisa makin dekat dengan anak. Belajar bersama, berinteraksi bersama tiap hari secara berkualitas, tentu akan menambah kedekatan. Dari pengenalan pribadi yang makin mendalam, kedekatan pun makin mantap!
  4. Komunikasi dengan anak lebih terbuka dan lancar. Kedekatan yang timbul akan membuat anak merasa diterima oleh orangtua dalam kondisi apapun. Perasaan ini akan membuat anak lebih mudah mengungkapkan banyak hal pada orangtuanya.
  5. Tidak hanya anak yang pintar, tapi orangtua juga makin pintar. Orangtua homeschooling bukanlah orang yang dengan hebatnya menguasai semua mata pelajaran. Dengan mendampingi anak belajar, orangtua juga ikut belajar bersama anak. Bagaimana pun, orangtua dulunya pernah mempelajari materi-materi pelajaran anak, sehingga tinggal mengingat kembali materi-materi tersebut. Dan kalaupun tidak pernah mempelajarinya, orangtua yang baik akan mentransfer semangat belajar pada anaknya melaui kegiatan belajar bersama.
  6. Makin banyak koleksi benda-benda edukasi di rumah, karena rumah menjadi markas besar bagi proses belajar keluarga, walaupun proses belajar yang sebenarnya bisa terjadi di mana pun.
  7. Hidup orangtua jadi lebih berarti. Karena kedekatan, saling membutuhkan yang tidak semata-mata diukur dari materi, itu akan menimbulkan suatu perasaan dibutuhkan dan membutuhkan. Ini membuat hidup kedua pihak jadi lebih memiliki arti.
  8. Anak lebih pandai memahami pekerjaan orangtua. Setiap hari, saya yang juga adalah ibu bekerja di rumah, bekerja dan beraktivitas seruangan dengan anak saya. Dia melihat cara kerja saya, bahkan menirunya ke dalam bidangnya sendiri. Saya yakin banyak juga keluarga homeschooling yang beraktivitas seperti kami.
  9. Transfer ilmu bisnis dari orangtua ke anak lebih lancar terjadinya. Dengan posisi jarak yang berdekatan dan keinginan yang besar dari orangtua untuk mendidik anak, apa yang dipikirkan atau dilakukan dalam menjalankan bisnisnya akan diterjemahkan orangtua ke dalam bahasa yang dimengerti anak, disinilah terjadi transfer ilmu bisnis.
  10. Transfer karakter pun lebih lancar terjadinya. Sama prinsipnya dengan transfer ilmu bisnis. Orangtua yang peduli pada anak dan kebaikannya akan tak segan-segan mengomunikasikan tiap pengetahuan yang diperlukan untuk pengembangan karakter yang baik.
  11. Karakter orangtua pun jadi terasah dengan baik. Orangtua harus mengasah karakter supaya layak jadi teladan anak, karena interaksi antara anak dan orangtua sangat intens.
  12. Anak lebih bahagia karena ada yang bisa memahami pemikirannya. Kebahagiaan ini terkait dengan kesehatan mental anak, sehingga anak lebih terbebas dari depresi.
  13. Orangtua juga lebih bahagia karena lancarnya komunikasi dengan anak. Memahami dan dipahami oleh orang-orang terkasih adalah memang suatu hal yang membahagian bagi siapa pun. Pemahaman ini muncul karena komunikasi yang lancar.
  14. Orangtua dan anak bisa memiliki aktivitas bersama yang lebih banyak jenisnya. Berkebun, memasak, bermain, membaca buku, travelling, mengurus bisnis dengan rekan kerja, semua bisa dilakukan bersama dan selalu mengandung pembelajaran bagi anak dan orangtua, karena tiap sikap dan tindakan dilandasi oleh keinginan untuk belajar dan mengajar.
  15. Keinginan mempelajari berbagai hal bisa terpenuhi. Tanpa ada halangan jadwal sekolah yang dari pagi hingga sore, anak bisa belajar apapun yang diinginkan.

Fakta-fakta tersebut tidak terjadi dalam homeschool anda? Itu artinya anda salah jalur! Perbaiki homeschool anda sebelum terlambat, hubungi support group terdekat.
Thursday, October 16, 2014

YAY! Kami Akan Camping Lagi!

Kami akan segera berangkat camping lagi!

Persiapan sudah dilakukan: sewa tenda camping, cek kompor, sewa matras, sewa sleeping bag, merencanakan makanan selama di sana. Bahkan kami juga sudah membeli "lifestraw" untuk sarana penyaring air minum kami, supaya tidak perlu membawa minum air banyak-banyak. Tiap camping kami usahakan untuk tidak membawa barang terlalu banyak. Kami benar-benar ingin belajar hidup seminim mungkin, sebisa kami.

Untuk peralatan mandi pun kami bawa yang secukupnya sehingga ketika pulang sudah tak terbebani oleh pasta gigi, sabun, dan shampoo sisa. Syukurlah, anak kami termasuk tidak rewel makannya, sehingga dia bisa makan apapun yang kami sediakan, termasuk yang kami rancang untuk dimasak ketika camping. Kali ini saya bekerja sama dengan beberapa ibu untuk mengelola dapur umum, namun walau begitu, tetap saja kami harus bawa ransum sendiri.... kawatir kalau jatah dapur umum gak cukup! Tahu sendiri kan... udara dingin, plus aktivitas padat, tentu kami butuh makanan yang cukup, maksudnya 'cukup banyak'! Hihihihi.....

Tiada kesan tanpa jurnal! Itu selalu yang saya utamakan dalam setiap pengalaman belajar anak kami. Dengan jurnal, kami bisa menuangkan kesan dan ingatan selama camping, selain itu juga melatih kemampuan menulis dan seni. Oleh karenanya, saya membuat form "Catatan Campingku" untuk mencatat aktivitas selama camping. Tapi maaf, kesempatan mendapatkan ebook ini secara gratis sudah berlalu. 

Ini loh covernya :

Cakep kan covernya... saya gambar sendiri loh! Di sudut kiri bawah ada logo Klub Sinau, karena acara campingnya memang dengan teman-teman Pramuka Klub Sinau. Dalam ebook ini ada word cards, coloring sheet, camping notebooking, frame foto, dan catatan resep masakan. 
Sunday, October 5, 2014

Mengikuti Ujian Cambridge Young Learner English (YLE)

Sudah lama kami tidak menulis kisah diblog ini. Selama ini kami mengalami masa-masa belajar yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Kami mempersiapkan diri mengikuti berbagai ujian, antara lain ujian Cambridge YLE dan ujian nasional yang akan digelar tahun depan.

Untuk ujian nasional tentu saja kami harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari, karena sebelum ini anak kami tidak pernah mempelajari mata pelajaran sesuai kurikulum nasional. Dia belajar apa yang ada di pelajaran IPS, tapi tidak seperti runtutan yang ditetapkan kurikulum nasional. Dia juga belajar bahasa Indonesia, tapi tidak dengan cara yang diatur oleh kurikulum nasional. Oleh karena itu dia harus mempelajari ulang.

Walaupun begitu dia tidak tampak kesulitan. Kesulitan hanya dia rasakan di pelajaran kewarganegaraan (PPKn). Kami masih struggling di hafalan-hafalan pelajaran ini. Kadang saya merasa sedikit iri dengan metode belajar kurikulum luar negeri yang terkenal. Buku-buku sejarah, metode belajar kewarganegaraan, dan buku-buku geografi mereka susun sedemikian rupa sehingga menyenangkan untuk dipelajari. Andaikan saya punya banyak waktu, saya pun akan membuat yang begitu untuk anak saya.. sayangnya kenyataan berkata lain. Ini membuat anak saya lebih gampang mempelajari sejarah dan kewarganegaraan bangsa lain daripada negaranya sendiri.

Baiklah, itu tentang persiapan ujian nasional. Ada satu ujian tingkat internasional yang sudah diikuti anak saya, yaitu Cambridge YLE (Young Learner English). Ujian ini memiliki 3 tingkatan : Starter, Mover, dan Flyer. Anak saya mengikuti yang Mover. Tidak ada persiapan khusus menjelang ujian. Saya hanya menunjukkan contoh test di web Cambridge, yang meliputi test reading & writing, listening, dan speaking. Persiapan lainnya adalah membawa peralatan tulis khas ujian (pensil 2B, penghapus), dan pensil 12 warna (bukan crayon atau spidol).

Anak saya mengikuti ujian Cambridge YLE ini di tempat kursus bahasa Inggrisnya, EF (English First). Sebenarnya tidak harus jadi siswa EF untuk mengikuti ujian ini, kandidat (peserta ujian) dari luar EF juga diperbolehkan. Waktu itu kami merogoh koceh sebesar Rp. 350.000 untuk mengikuti ujian ini. Menurut kami ini tidak mahal untuk ujian sekelas Cambridge YLE.

Bagaimana hasilnya? Lumayanlaaah.... hehehe... hampir sempurna, hanya kurang 1 poin di Speaking. Nah, anak yang tidak bersekolah pun bisa mendapatkan ijazah tingkat internasional, mau homeschooling? Siapa takut?