Copyright © The Root of Learning
Design by Dzignine

The Root of Learning

Adalah blog tentang semangat belajar seorang anak. Dalam blog ini kami dokumentasikan petualangan belajar, kurikulum, dan materi belajar yang kami gunakan. Belajar tak mengenal batasan.
Saturday, November 22, 2014

Belajar Untuk Ujian? Lupakan Dulu Deh!

Selama beberapa bulan ini, sejak kami memutuskan untuk mendaftarkan anak kami pada ujian paket A, kami memutuskan untuk belajar demi berhasil mengerjakan soal ujian. Wuih ternyata... memang sangat berbeda rasanya jika dibandingkan dengan belajar dengan tujuan yang sebenarnya, yaitu untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan melalui pengalaman, pemikiran, atau pengajaran. Belajar untuk berhasil lulus ujian itu berat, tidak menyenangkan, dan rasanya ingin cepat-cepat berlalu saja.



Selama berbulan-bulan itu anak tidak lagi merasakan betapa menyenangkannya belajar. Jangankan anak, saya pun merasakan belajar tidak lagi menyenangkan, tapi menjemukan, kadang malah terasa sangat berat, ketika anak tidak enjoy dengan menghafalnya. Juga seringkali terasa terburu-buru harus menyelesaikan target orang lain. Belajar tak lagi bisa dinikmati.

Lalu beberapa hari lalu, saya bertekad bulat dan nekad, bahwa saya tidak lagi menganjurkan anak untuk belajar demi ujian. Saya akan ikuti belajar demi ujian jika anak yang menginginkannya. Kami akan tetap belajar untuk menjawab keingintahuan, bukan untuk kelulusan ujian. Ijazah kelulusan itu biarlah jadi "bonus" saja bagi proses belajar kami. Biarlah belajar itu tetap jadi satu cara pembentukan karakter serta hubungan komunikasi yang baik antara anak dan orangtua. Supaya belajar tetap indah dirasakan.

Lalu, kami pun kembali belajar tentang.... arthropleura! Apa itu? Itu termasuk salah satu jenis dinosaurus. Kami mempelajari cara hidupnya yang sangat menarik, terutama bahwa dia tidak memiliki pemangsa! Itu karena kulitnya yang tebal dan ukuran tubuhnya yang besar.

Selain itu kami juga mempersiapkan diri untuk Natal, belajar ayat-ayat yang berisi kisah kelahiran Yesus, dan menjawab pertanyaan imajinasi, tentang perasaan anak jika dia menjadi gembala, orang majus, juga menjadi Maria bunda Yesus, dan menjadi Yosef ayah duniawi bagi Yesus. Jawaban anak saya sungguh luar biasa. Dia paham makna Natal yang sebenarnya!

Belajar untuk ujian? Lupakan dulu deh! Inilah asyiknya pendidikan berbasis keluarga (homeschooling/home education).
Sunday, November 9, 2014

Ebook review: 25 Christmas Science Projects for Kids

Ebook ini berisi 25 eksperimen yang menyenangkan untuk anak usia TK sampai SD. Walaupun judulnya bertema Natal, namun ebook ini bisa digunakan untuk yang non kristiani.

25 eksperimen yang ada dalam ebook ini sangat menarik untuk dilakukan oleh anak, dengan bahan yang tidak sulit didapat di sekitar kita. Hari ini, 9 November 2014, Carla Jansen, penulisnya memberikan ebook ini untuk di-download gratis, namun setelah itu, jika ingin mendapatkannya bisa melalui link ini.

Anak saya yang sudah usia 10 tahun, masih suka bermain-main dengan eksperimen di buku ini. Dia hanya bermain, mencoba sendiri, karena beberapa eksperimen telah dipelajarinya. Namun untuk anak yang lebih mudah, bereksperimen seperti yang ada dalam buku ini akan sangat menimbulkan ketertarikan dan pembelajaran. Beberapa eksperimen harus dengan pendampingan orangtua, namun ada juga yang bisa dilakukan sendiri oleh anak, tergantung kemampuan anak. Jangan ragu untuk mendapatkan ebook ini.
Saturday, November 8, 2014

Lebih Pandai Menghargai Kebaikan

"Dekat dengan kebaikan
akan mempermudah kita
untuk bersyukur,
dan merasa bahagia."

Manusia, pada dasarnya memiliki kecenderungan mudah mengingat tindakan buruk yang ditimpakan padanya, daripada tindakan baik yang diberikan seseorang padanya. Seorang anak akan lebih mudah mengingat amarah orangtua daripada belaian, jika kedua hal itu diberikan dalam kuantitas yang sama. Dibutuhkan kuantitas belaian yang jauh lebih banyak daripada amarah jika orangtua ingin meninggalkan kesan baik pada pikiran anaknya. Selain itu, dibutuhkan juga penegasan secara lisan tentang kasih sayang orangtua pada anaknya, supaya anak paham dan mudah mengingat belaian itu sebagai wujud kasih sayang, daripada amarah.

Meninggalkan kesan baik itu memang butuh kerja keras jika dibandingkan dengan meninggalkan kesan buruk. Itu karena kecenderungan manusia untuk lebih mengingat yang buruk daripada kebaikan. Itu memang kecenderungan ya, tapi sebagai manusia, kita diharapkan untuk lebih pandai menyadari kebaikan daripada keburukan, karena dekat dengan kebaikan akan mempermudah kita untuk bersyukur, dan merasa bahagia.

Bagaimana jika anak kita demikian?
Cara yang tepat, tentu saja:

1. Mendoakan anak supaya diberi kebijakan dan kepandaian bersyukur.
Ini memang yang utama harus dilakukan. Salah satu tugas orangtua adalah mendekatkan anak pada Penciptanya.



2. Meneladankan tindakan mudah bersyukur daripada bersungut-sungut.
Coba introspeksi, apakah kedua orangtua memang sudah pandai bersyukur? Atau justru masih bersungut-sungut? Anak banyak meniru tindakan orangtua loh... Berubahlah mulai sekarang, kurangi melakukan kritik yang tidak membangun, kurangi menggerutu. Perbanyak ucapan syukur, dan lakukan itu di depan anak supaya anak bisa menyontoh anda.

3. Memberi contoh betapa dia sangat beruntung dibandingkan orang lain.
Mengunjungi panti asuhan, penampungan anak jalanan, atau melihat tayangan kemiskinan bisa dijadikan pembanding antara anak dan orang lain yang kurang baik nasibnya. Narasikan apa yang dia lihat, bandingkan perbedaan yang ada, dengan demikian anak akan lebih mudah memahami. Tanpa dinarasikan anak akan sulit memahaminya.

4. Membiasakan anak mengingat dan menyebutkan kebaikan yang telah diterimanya
Setiap malam, setelah doa malam bersama, kami membiasakan diri dengan menyebutkan kebaikan yang telah kami masing-masing terima. Saya menyebutkan kebaikan yang saya terima dari suami, dan kebaikan yang saya terima dari anak. Anak menyebutkan kebaikan yang telah dia terima dari saya dan papinya. Suami saya juga begitu, menyebutkan kebaikan yang telah dia terima dari saya dan dari anak. Dengan ini kami berharap anak akan lebih peka terhadap kebaikan yang dia terima.

Jika anda punya cara lain, silakan share di kotak komentar, untuk saling memperkaya.