Copyright © The Root of Learning
Design by Dzignine

The Root of Learning

Adalah blog tentang semangat belajar seorang anak. Dalam blog ini kami dokumentasikan petualangan belajar, kurikulum, dan materi belajar yang kami gunakan. Belajar tak mengenal batasan.
Sunday, February 24, 2013

Ketika Kekaguman Itu Didepan Mata

"Oma, cucunya sudah bisa cuci piring makannya sendiri loh!"
"Oiya? Wah hebaaaat....!"
"Jangan gitu.... Aku tidak mau dikagumkan!"

Itu adalah dialog tadi pagi, ketika anak saya sedang cuci piring makannya dan omanya baru mengetahui bahwa dia sudah bisa cuci piring sendiri. Reaksi anak kami ini ternyata mengundang tawa tersembunyi dari sang oma, karena kami sebetulnya sudah sadar bahwa anak kami ini bukan type anak yang suka dibangga-banggakan, dipamerkan, atau diberi reaksi kekaguman. Tapi walaupun sudah tahu, kami masih sering lupa tentang hal ini. Bukan dengan sengaja kami lupa. Tapi sebetulnya dibalik itu semua kami ingin mengapresiasi prestasi barunya.

Tiap anak memang beda. Ada anak yang membutuhkan apreasiasi dari orang lain, suatu bentuk penghargaan yang membuatnya merasa berhasil. Tapi ada juga anak yang tidak ingin demikian, mereka hanya ingin bisa melakukan sesuatu tanpa harus dipamerkan atau diapresiasi secara berlebih, seperti anak saya.

Tampaknya, jika saya amati dari perilaku teman sebayanya, ini berkaitan erat dengan apresiasi yang didapat anak sejak anak baru dilahirkan. Ada kecenderungan haus akan apresiasi kebanggaan pada anak-anak yang merasa "kurang apresiasi" sejak dia masih bayi. Kurang merasakan kebanggaan orang tua ketika dia mencapai suatu prestasi sejak bayi.

Terus terang anak saya sejak bayi sudah banyak mendapatkan perhatian dan apresiasi, hingga sekarang yang terjadi adalah dia suka memberi perhatian pada orang lain dalam bentuk berusaha memenuhi kebutuhan orang lain. Seperti ketika saya butuh bantuan dia dalam mengurangi beban cuci piring saya, dia dengan senang hati belajar mencuci piring makannya. Bukan dengan maksud supaya dia mendapat ekspresi kagum, tapi supaya dia bisa memenuhi kebutuhan saya.

Nah, inilah yang akan orang tua rasakan sebagai efek positif dari pemberian kasih sayang kita pada anak sejak dia dikandung. Anak tidak butuh pemenuhan materi secara berlebihan. Anak juga tidak butuh ungkapan kasih sayang yang berlebihan. Anak hanya butuh keterlibatan kita ketika dia membutuhkan kita. Dan perasaan "membutuhkan" ini seringkali tak bisa dia ucapkan langsung, dibutuhkan kepandaian kita mengenali tiap ekspresi anak. Dan kepandaian ini hanya bisa kita dapat ketika kita benar-benar in-touch dengan kehidupannya, tidak menyingkirkan anak demi gadget maupun demi pekerjaan.

Siapkah kita belajar menyingkirkan ego demi anak? Hanya anda yang bisa menjawab. Saya harap secara tulus dan komitmen orang tua bisa melakukannya. Karena sebelumnya anak telah dititipkan Tuhan pada kita, dan kedepannya mereka adalah pengusaha bumi ini, serta bakal pengasuh kita ketika kita telah uzur. Pasti kita nanti ingin diasuh dengan tulus dan baik kan?

0 comments:

Post a Comment